Resminya Padi terbantuk pada tanggal 8 April 1997, tapi personilnya sendiri sudah saling mengenal dari ajang musik di kampus (semuanya anak Unair). Personil Padi adalah Satriyo Yudi Wahono [Piyu - Gitar], Ari Sosianto [Ari Homer - Gitar], Rindra Risyanto Noor [Rindra - Bass], Andi Fadly Arifuddin [Fadly - Vokal] dan Surendro Prasetyo [Yoyok - Drum]. Mulanya Ari dan Piyu mau bikin band baru, terus mengajak Rindra dan Fadly. Waktu mencari drummer, mereka ketemu Yoyok yang baru pulang dari Jakarta (setelah membantu rekaman musisi lain). Mulanya mereka sekedar ngumpul dan latihan di studionya Yoyok. Ternyata mereka menemukan kesamaan minat, sampai akhirnya memutuskan untuk lebih serius lagi bermusik, bukan sekedar untuk musik kampus, tapi untuk rekaman.
Awalnya band mereka namanya Soda, namun akhirnya dipilihlah nama Padi sebagai nama bandnya karena prinsip Padi adalah semakin berisi semakin merunduk dan ini dianggap cukup mewakili keinginan mereka.Piyu dulunya main musik keras dengan bandnya Crystal, band nomor dua Airo setelah Rotor. Sayang albumnya tidak sempat diedarkan, akhirnya Piyu balik ke Surabaya. Terus Piyu juga sempat jadi additional guitarist-nya Dewa 19 dalam tur mereka. Kalau Yoyok malah sudah punya album rekaman bareng grupnya Andromeda. Sebenarnya Yoyok sudah nge-drum sejak umur 7 tahun. Lagu - lagunya Rush termasuk lagu yang sering dibawain Yoyok. Waktu bergabung di Andromeda, Yoyok sempat menjadi drummer terbaik se-Jawa Bali di tahun 1988 (waktu masih kelas 6 SD), dan tahun depannya jadi drummer terbaik se-Indonesia.
Sedangkan Ari , bertahun - tahun bikin band rasanya susah banget dapat teman band yang klop dengan idenya tentang musik yang lebih mementingkan nuansa. Dia sudah memainkan bermacam - macam musik mulai dari Extreme, Mr. Big, Van Halen dan lain - lain, tapi jodohnya ada di Padi. Sementara Rindra sering memainkan lagu - lagu jazz di café - café serta event - event jazz se-Jawa Bali. Malah Rindra pernah mendapat sekaligus 3 predikat bassis terbaik dalam tahun 1992. Kalau Fadly, niatnya datang ke Surabaya untuk kuliah, tapi ternyata nge-band lebih asyik baginya. Sejak SMA Fadly memang sudah suka nge-band, mulanya dia jadi bassis di bandnya di SMA, terus waktu kuliah di Surabaya, dia jadi vokalis. Fadly mulai dikenal waktu gabung dengan MR.Q Band yang selalu main di pub dan café di Surabaya.Diawali dari bermain musik dari satu panggung ke panggung lain, grup ini akhirnya dikontrak untuk masuk dunia rekaman.
Album-album Padi cukup sukses menembus pasar musik Indonesia. Beberapapengamat menyimpulkan aransemen musik padi yg dinamis dan lebih kompleks dari rata-rata lagu oleh grup band Indonesia yang seangkatan adalah salah satu penyebab kesuksesan tersebut. Pada awal kemunculannya di tahun 1998 khasanah band Indonesia didominasi oleh lagu-lagu dengan aransemen sederhana dengan tempo sedang cenderung lambat.Ciri lain band-band Indonesia pada masa tersebut adalah cukup dominannya instrumen keyboard pada band-band terkemuka. Karakter Keyboard/Organ mempengaruhi gaya musik menjadi minim distorsi dan cenderung melodik. Hal ini tampak pada band-band pencetak hits saat itu seperti Kahitna, Dewa 19 dengan album Pandawa Lima-nya, maupun Slank sesaat sebelum perombakan formasi di mana Indra Q masih tampil sebagai keyboardist.
Padi kemudian mendobrak dengan formasi tanpa keyboard melalui album pertama mereka Lain Dunia (1999). Formasi semacam ini membuat eksplorasi teknik permainan gitar begitu dominan, maka wajar jika lagu-lagu yang dihasilkan cenderung penuh ditorsi. Apalagi ditunjang oleh gaya permainan dua gitarisnya, Satriyo Yudi Wahono (Piyu) dan Ari Tri Sosianto, yang berbeda satu sama lain, Padi mendobrak dengan lagu-lagu kompleks yang ditandai dengan aransemen dua gitar yang hampir selalu berbeda dalam tiap frasa dalam tiap lagu. Album ini mendapatkan platinum pada bulan April 2000 dan quadraple platinum di tahun 2001.Pada tahun 2001, Padi mengeluarkan album kedua mereka Sesuatu Yang Tertunda. Album ini mampu terjual sebanyak 1,6 juta kopi dan mendapat 10x Platinum di tahun 2002.
Save My Soul adalah nama album musik ketiga Padi. Album ini diluncurkan pada tanggal 18 Juni 2003. Dalam lagu "Sesuatu Yang Tertunda", Padi berduet dengan musikus pujaan mereka, Iwan Fals. Selain Iwan Fals, kolaborator lainnya yang terdapat dalam album ini termasuk musisi Australia yang merupakan pemain saksofon, Robert Burke dan pianis Kiernan Box, Adjie Rao (perkusi), dan penyanyi Astrid Sartiasari. Nasib album ketiga tersebut, meski tak bisa dibilang gagal, tapi tak segemerlap dua album sebelumnya.Setelah 22 bulan masa proses penggarapan, album keempat mereka keluar pada bulan Mei 2005 yang diberi nama kelompok band itu sendiri, Padi. Keseluruhan lagu dalam album terbaru Padi mengajak penggemarnya menikmati lirik-lirik manis tentang jatuh cinta, sikap bijaksana dan keengganan untuk diam menghadapi masalah.
Salah satu lagu andalan, "Menanti Sebuah Jawaban", di album keempat Padi pun dijadikan lagu tema sebuah film layar lebar berjudul Ungu Violet. Album inipun dipenuhi oleh para kolaborator yang menyumbang aneka sound pada lagu-lagu Padi. Bubi Chen dengan piano Jazz-nya, Abadi Soesman dengan permainan Hammond yang vintage, Kousik Dutta dengan sentuhan Tabla, Idris Sardi dengan Violin yg dominan di lagu penutup Side B. Seperti pengakuan para personel Padi,bagi mereka album ini adalah cerminan pencerahan dan pengalaman spiritual yang dialami selama proses pembuatan,maka tidak heran lirik dan aransemen bergeser cukup signifikan dari tema-tema dalam dan cenderung "gelap" pada album Save My Soul,menjadi ringan dan penuh semangat.Namun bobot tiap-tiap lagu tampak berusaha tetap dijaga dengan menghadirkan musisi-musisi berpengalaman sebagai kolaborator seperti yang telah disebutkan.
Setelah lebih dari 2 tahun vakum dari dapur rekaman, Padi menggebrak dengan album baru Tak Hanya Diam. Album yang berisi 10 lagu ini tak lagi bertemakan 'interpersonal' (cinta) seperti 4 album sebelumnya, namun meluas menjadi kepedulian dari reaksi mereka terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar. Inti pesan dari lirik-lirik di dalam album Tak Hanya Diam terfokus pada soal tidak berfungsinya komunikasi yang berakibat beberapa bencana yang timbul secara beruntun di Indonesia. Seperti tsunami dan gempa bumi. Tak hanya temanya, peluncuran album ini juga cukup unik. Padi meluncurkan album terbaru mereka dengan tampil menyanyi di atas geladak KRI Teluk Mandar 514 yang berlayar perlahan di perairan Teluk Jakarta, Senin 12 November 2007.
Peluncuran album di atas kapal ini baru pertama kali dilakukan di Indonesia. Walau pada awalnya hanya ingin unik dari launching album secara konvensional, namun Padi kali ini memberikan isyarat kepada kita untuk selalu ingat bahwa negeri ini adalah negeri maritim dengan kekayaan dan keindahan laut yang dimiliki. Selain itu, Padi juga mengenalkan logo baru mereka. Mereka mengaku perubahan logo ini hanya untuk lebih fresh saja, menghindari "kultus" logo Padi yang pertama karena Padi membuat logo bukan untuk membuat 'laskar'.Cover album Tak Hanya Diam mewakili tema dari album ini, cover yang berbentuk titik-titik saling berhubungan yang mencerminkan adanya saling sinergi satu sama lain didasari saling komunikasi untuk saling mengisi dalam damai. Di album ini juga terlihat keberanian Rindra (bass) dan Piyu (gitar) tampil sebagai vokalis di lagu "Belum Terlambat" dan "Jangan Datang Malam Ini".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar